Friday, 11 November 2016

Struktur dan Fungsi Jaringan Pada Hewan

Tubuh hewan multiseluler, terdiri atas bermacam-macam sel yang berbeda struktur dan fungsinya. Sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi sama berkelompok membentuk jaringan. Pada hewan, termasuk manusia terdapat empat jaringan utama yaitu: jaringan epitel, jaringan otot, jaringan saraf, dan jaringan ikat.

1.               Jaringan epitel

Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi permukaan luar atau permukaan dalam tubuh hewan. Epitel yang melapisi permukaan dalam disebut endotelium. Epitel yang melapisi rongga yang besar dan menyelaputi organ tertentu disebut mesotelium. Epitel yang melapisi permukaan tubuh paling luar disebut epidermis (Gambar 1.8).


Gambar 1.8 Jaringan endotelium, mesotelium, dan epidermis. Jaringan epitel pada (a) kulit manusia dan (b) usus manusia.

Sel-sel epitel tersusun rapat sehingga tidak terdapat rongga antar sel. Struktur sel-sel epitel yang tersusun rapat tersebut berhubungan dengan fungsi jaringan ini sebagai pelindung (proteksi). Selain sebagai pelindung, sel-sel dalam jaringan epitel termodifikasi untuk beberapa fungsi lainnya seperti sekresi, ekskresi, absorbsi, dan sebagai membran semipermeabel.
Berdasarkan struktur dan susunannya, epitel dapat dibedakan menjadi: epitel pipih selapis, epitel pipih berlapis, epitel kubus selapis, epitel kubus berlapis, epitel silindris selapis, epitel silindris berlapis, epitel silindris berlapis semu, dan epitel peralihan.

1.                  Epitel pipih selapis
Epitel pipih selapis terdiri atas satu lapis sel yang berbentuk pipih. Dilihat dari permukaan, sel-sel ini terlihat seperti lantai ubin namun dengan batas yang tidak teratur (Gambar 1.2a). Epitel ini terdapat pada kapsula Bowman, lapisan dalam pembuluh darah dan limfa, alveolus, ruang jantung, selaput bagian dalam telinga, serta sel ekskresi kecil dari sebagian besar kelenjar. Epitel ini umumnya berfungsi sebagai pelindung bagian dalam rongga dan saluran, serta tempat difusi dan infiltrasi zat.  

2.                  Epitel pipih berlapis
Epitel pipih berlapis merupakan sel-sel berbentuk pipih serta berlapis-lapis (Gambar 1.2b). Epitel ini terdapat pada kulit, epidermis, rongga mulut, esofagus, laring, vagina, anus, dan rongga hidung. Epitel ini berfungsi sebagai pelindung dan penghasil lendir (mucus).

3.                  Epitel kubus selapis
Epitel kubus selapis terdiri atas satu lapis sel berbentuk kubus. Dari permukaan sel-sel itu terlihat seperti sarang lebah atau berbentuk poligonal (Gambar 1.2c). Epitel ini terdapat pada kelenjar ludah, retina mata, dinding ovarium, dan saluran dalam nefron ginjal. Epitel ini berfungsi sebagai pelindung, absorpsi, dan sekresi (penghasil lendir atau mucus).



Gambar 1.2  Jaringan epitel, (a) pipih selapis, (b) pipih berlapis, (c) kubus selapis, (d) kubus berlapis, (e) silindris selapis, (f) silindris berlapis, (g) silindris berlapis semu, dan (h) transisional

1.                  Epitelium kubus berlapis
Epitelium kubus berlapis terdiri atas banyak lapisan sel berbentuk kubus (Gambar 1.2d). Epitel ini ditemukan pada kelenjar keringat, kelenjar minyak, ovarium, dan buah zakar. Epitel ini berfungsi sebagai pelindung dan penghasil mucus.

2.                  Epitel silindris selapis
Epitel silindris selapis terdiri atas satu lapis sel yang berbentuk silindris (Gambar 1.2e).  Sel epitel ini ada yang memiliki silia pada permukaannya, ada pula yang tidak. Epitel silindris selapis yang bersilia terdapat pada dinding dalam rongga hidung, trakea, bronkus, dan dinding dalam oviduk. Fungsinya sebagai penghasil mucus untuk menangkap benda asing yang masuk, serta gerakan silianya berfungsi menghalau benda asing yang masuk. Sementara itu, epitel silindris selapis yang tidak bersilia terdapat pada dinding dalam lambung, usus, kantong empedu, dan uterus. Fungsinya sebagai pelindung, sekresi, dan absorbsi.

3.                  Epitelium silindris berlapis
Epitelium silindris berlapis ini terdiri atas sel berbentuk silindris yang berlapis-lapis (Gambar 1.2f). Epitel ini terdapat pada lapisan konjungtiva, dinding dalam kelopak mata, laring, faring, dan uretra. Fungsinya sebagai pelindung, penghasil mucus, dan absorbsi.

4.                  Epitel silindris berlapis semu
Struktur sel epitel ini hampir mirip dengan epitel silindris berlapis. Perbedaannya, epitel ini terdiri atas satu lapis sel yang tingginya tidak sama sehingga terlihat berlapis-lapis (Gambar 1.2g). Epitel ini ditemukan pada rongga hidung dan trakea, yang berfungsi sebagai pelindung, sekresi, dan pertukaran gas.



5.                  Epitel peralihan
Epitel peralihan atau transisional terdapat di kantung air seni (vesica urinaria). Pada saat kantung air seni kosong, lapisan epitel tampak seperti epitel kubus berlapis atau silindris berlapis, tetapi ketika kantung penuh terisi air seni, permukaan epitel memipih sehingga tampak seperti epitel pipih berlapis. Perubahan struktur inilah yang membuat epitel ini disebut epitel transisional (Gambar 1.2h). Epitel ini berfungsi untuk menahan regangan dan tekanan.

2.               Jaringan otot
Jaringan otot terdiri atas serabut-serabut otot (miofibril) yang tersusun oleh sel-sel otot. Sel-sel otot dibungkus oleh selaput (sarkolema), dan berisi cairan sel (sarkoplasma). Otot memiliki kemampuan untuk berkontraksi kemudian berelaksasi sehingga dapat menggerakkan tubuh pada tempat melekatnya otot tersebut.  Otot berkontraksi karena adanya protein kontraktil, yaitu: aktin dan miosin. Berdasarkan struktur dan kontraksi selnya, jaringan otot dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: otot lurik, otot polos, dan otot jantung.

1.2.2.1 Otot lurik
Otot lurik merupakan otot yang menempel pada rangka, sehingga sering disebut otot rangka (Gambar 1.3a). Struktur selnya silindris memanjang dan memiliki banyak inti yang terletak di bagian tepi. Miofibril tersusun sejajar membentuk daerah-daerah terang dan gelap, sehingga tampak seperti berlurik-lurik. Kontraksinya disadari (volunter) karena dipengaruhi oleh susunan saraf sadar. Reaksi terhadap rangsangan cepat, tetapi cepat lelah.

1.2.2.2 Otot polos
Otot polos tersusun oleh sel yang berbentuk gelendong dan memiliki inti satu di tengah (Gambar 1.3b). Otot polos mempunyai pola permukaan yang polos, tanpa adanya pola lurik. Otot polos dilengkapi dengan saraf yang berasal dari sistem saraf tak sadar, sehingga kontraksinya tidak disadari (involunter). Reaksi terhadap rangsangan lambat, namun bekerja terus-menerus dan tidak mudah lelah. Otot polos terdapat pada organ-organ dalam, seperti: usus, lambung, ginjal, pembuluh darah, kandung kemih, dan saluran pernapasan.

1.2.2.3 Otot jantung
               Otot jantung merupakan perpaduan antara otot lurik dengan otot polos, dan hanya terdapat pada jantung. Strukturnya seperti otot lurik, yaitu memiliki pola lurik melintang tetapi miofibrilnya bercabang-cabang yang ujungnya saling berikatan yang disebut sinsitium (Gambar 1.3c). Berbeda dengan otot lurik, sel otot jantung memiliki satu atau dua inti yang letaknya di tengah. Kontraksi otot jantung seperti otot polos, yaitu tidak disadari, bekerja terus-menerus dan tidak mudah lelah.
                Gambar 1.3 Jaringan otot, (a) lurik, (b) polos, dan (c) jantung

1.               Jaringan saraf            
Jaringan saraf tersusun oleh sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron terdiri atas badan sel dan serabut sel. Serabut sel terdiri atas dendrit dan neurit atau akson (Gambar 1.4).
Badan sel merupakan bagian sel saraf yang mengandung inti dan sitoplasma yang tidak bergranula. Badan sel saraf terdapat di pusat saraf dan ganglion (kumpulan badan sel saraf). Ganglion-ganglion ini letaknya hanya pada tempat tertentu, yaitu di kiri dan kanan sumsum tulang belakang.
Dendrit adalah cabang-cabang yang menjulur dari badan sel saraf. Fungsinya untuk menangkap impuls saraf (rangsang) dari luar atau dari neuron lain, lalu meneruskannya ke badan sel. 

Neurit adalah penjuluran yang keluar dari badan sel saraf, yang fungsinya meneruskan impuls saraf dari badan sel menuju neuron lain atau ke efektor. Neurit dibungkus oleh selubung lemak (fosfolipid), yaitu mielin dan neurilema. Mielin adalah selubung terdalam yang langsung membungkus neurit, yang berfungsi sebagai isolator dan pemberi nutrien bagi neurit. Di bagian tertentu, selubung mielin menipis, kemudian menebal kembali. Bagian selubung mielin yang menipis disebut nodus Ranvier. Nodus ini sangat berperan untuk penguatan dan percepatan pengiriman impuls saraf. Neurilema atau selubung Schwann, terdiri atas sel-sel Schwann yang menghasilkan mielin. Neurilema merupakan selubung terluar dari serabut saraf yang berfungsi untuk regenerasi neurit dan dendrit yang rusak.
Berdasarkan fungsinya dalam mengirimkan impuls saraf, maka neuron dapat dikelompokkan menjadi: neuron aferen, neuron intermedier, dan neuron eferen.

1.2.3.1 Neuron aferen
Neuron aferen disebut juga neuron sensorik berfungsi menghantarkan impuls dari organ penerima rangsang (reseptor) ke pusat susunan saraf, yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Sekelompok badan sel neuron sensorik berkumpul membentuk ganglion yang berlanjut ke sumsum tulang belakang.
1.2.3.2 Neuron intermedier
Neuron intermedier merupakan penghubung antara neuron aferen dan neuron eferen. Neuron intermedier terdapat di sistem saraf pusat. Neuron intermedier meneruskan rangsang dari neuron aferen ke neuron eferen, atau ke neuron intermedier yang lain.

1.2.3.3 Neuron eferen
Neuron eferen berfungsi meneruskan impuls saraf yang diterima dari neuron intermedier. Pesan yang dikirim menentukan tanggapan tubuh terhadap impuls saraf yang diterima oleh neuron aferen. Dendrit dari neuron eferen menempel di otot sehingga sering disebut juga neuron motorik.

1.               Jaringan ikat
Jaringan ikat berfungsi sebagai pengikat, penyokong, serta penghubung satu jaringan dengan jaringan yang lain. Berbeda dengan sel epitel, sel-sel jaringan ikat lebih jarang dan menyebar di dalam matriks. Pada umumnya, matriks terdiri atas serabut yang melekat dalam bahan dasar berupa cairan, gel, atau solid. Serabut yang menyusun jaringan ikat, yaitu serabut kolagen, serabut elastin, dan serabut retikuler. Serabut kolagen memiliki daya regang sangat tinggi dengan elastisitas yang rendah. Serabut elastin memiliki elastisitas tinggi, tetapi akan semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia seseorang. Serabut retikuler mirip dengan serabut kolagen hanya ukuran serabutnya lebih pendek dibandingkan dengan serabut kolagen.
Jaringan ikat dapat dikelompokkan dalam enam kelompok utama, yaitu jaringan ikat longgar, jaringan ikat padat, jaringan tulang rawan, jaringan tulang keras, jaringan lemak, dan jaringan darah (Gambar 1.5).

1.2.4.1 Jaringan ikat longgar
Jaringan ikat longgar, matriksnya tersusun dari serabut elastin dan kolagen (Gambar1.5a). Jaringan ini terdapat pada mesentrium dan di bawah kulit. Jaringan ini mengikat jaringan epitel dengan jaringan di bawahnya dan menjaga organ-organ pada tempatnya. Selain itu, jaringan ikat longgar juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan air, glukosa, dan garam-garam untuk sementara waktu.

1.2.4.2 Jaringan ikat padat
Penyusun utama jaringan ikat padat adalah serabut kolagen (Gambar 1.5b). Susunan sel-selnya tidak rapat, tetapi matriksnya rapat. Berdasarkan struktur serabutnya, jaringan ikat padat dapat dikelompokkan menjadi jaringan ikat padat teratur dan jaringan ikat padat tidak teratur. Jaringan ikat padat teratur menghubungkan antara otot dan tulang (tendon), serta menghubungkan tulang dengan tulang (ligamen). Jaringan ikat padat tidak teratur terdapat di kulit.

1.2.4.3 Jaringan tulang rawan
Tulang rawan (kartilago) memiliki matriks yang elastis dan tebal. Tulang rawan tersusun dari sel-sel tulang rawan (kondrosit) yang terletak dalam kantung-kantung (lakuna) di dalam matriks (Gambar 1.5c). Kondrosit dibentuk oleh sel kondroblas.
Berdasarkan susunan serabutnya, jaringan tulang rawan dapat digolongkan menjadi tulang rawan hialin, tulang rawan elastik, dan tulang rawan fibrosa. Tulang rawan hialin, serabutnya tersebar dalam anyaman yang halus dan rapat. Contohnya, ujung-ujung tulang rusuk yang menempel ke tulang dada. Tulang rawan elastik, susunan sel dan matriksnya mirip dengan tulang rawan hialin, tetapi anyaman serabutnya tidak sehalus dan serapat tulang rawan hialin. Contohnya, cuping telinga, laring, dan epiglotis. Tulang rawan fibrosa, matriksnya disusun oleh serabut kolagen yang kasar dan tidak beraturan. Contohnya, di cakram antartulang belakang dan simfisis pubis (pertautan tulang kemaluan).

1.2.4.4 Jaringan tulang keras
Tulang keras (osteon) tersusun dari sel-sel tulang keras (osteosit) yang dibentuk oleh sel osteoblas (Gambar 1.5d). Matriks intraseluler dari osteosit mengalami mineralisasi sehingga permukaannya menjadi keras. Substansi mineral tersebut disimpan dalam suatu lapisan tipis yang disebut lamela. Beberapa lamela mengelilingi suatu saluran berisi pembuluh darah yang disebut saluran Havers. Keseluruhan lamela dan saluran Havers membentuk sistem Havers. Tulang keras berfungsi sebagai pemberi bentuk tubuh, penyusun rangka tubuh, dan pelindung alat-alat vital tubuh.


1.2.4.5 Jaringan lemak
Jaringan lemak (adiposa) tersusun atas sel-sel lemak yang umumnya memiliki sebuah rongga besar yang berisi tetes lemak (Gambar 1.5e). Jaringan lemak banyak ditemukan di bagian bawah lapisan kulit. Jaringan ini berfungsi sebagai makanan cadangan dan mencegah kehilangan panas berlebih dari tubuh.

1.2.4.6 Jaringan darah
Jaringan darah merupakan jaringan ikat yang sangat khusus. Gambar 1.5f menunjukkan jaringan darah yang terdiri atas tiga komponen, yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit atau platelet (keping darah). Jaringan ini berfungsi sebagai alat transportasi serta melawan bibit penyakit. Selain darah, tubuh juga mempunyai jaringan yang mirip jaringan darah, yaitu cairan getah bening (limfa). Cairan getah bening memiliki komponen sel berupa limfosit dan granulosit. Jaringan ini berfungsi untuk transpor lemak dan protein dari satu jaringan ke jaringan yang lain.



EmoticonEmoticon